Teoriekonomi mikro ini berfungsi untuk menganalisis bagaimana segala bentuk keputusan dan perilaku mereka kemudian mempengaruhi penawaran dan permintaan barang atau jasa. Kemudahan hal tersebut dapat menentukan harga, penawaran, dan permintaan terhadap barang atau jasa tersebut. 6. Menurut David Ricardo.
a Pengertian. Tata letak peralatan adalah suatu bentuk usaha pengaturan penempatan peralatan di bengkel/laboratorium, sehingga bengkel/laboratorium tersebut berwujud dan memenuhi persyaratan-persyaratan untuk beroperasi. Kata pengaturan dalam kalimat di atas mengandung makna yang sangat luas, yaitu bahwa dalam mewujudkan suatu bengkel
Macammacam Alat Ukur Alat Ukur Panjang Mistar Meteran Jangka Sorong Mikrometer Sekrup (Ulir) Alat Ukur Massa Neraca Digital Neraca Ohaus Neraca Pegas Alat Ukur Waktu Jam Stopwatch Jam Pasir Pengertian Alat Ukur Alat ukur ( measuring tool) adalah sebuah alat yang tujuan penggunaanya untuk membantu dalam mengetahui nilai suatu besaran.
Vay Tiền Nhanh. Pengertian Consumer Price Index atau yang sering disebut CPI dapat diartikan ke dalam bahasa Indonesia menjadi indeks harga konsumen. Indeks harga konsumen sendiri merupakan hal yang paling dinanti oleh para trader. Hal ini disebabkan karena indeks yang diterbitkan setiap bulan oleh Bureau of Labor Statistics atau Biro Statistik Tenaga Kerja Amerika Serikat memiliki peranan penting dalam menentukan inflasi. Sementara itu, menurut laman resmi dari Investopedia, CPI bisa jadi sangat bermanfaat untuk menentukan tingkat biaya pada satuan harga yang tetap. CPI juga dapat menjadi suatu petunjuk pada suatu tingkat rata-rata produk barang dan jasa. Hal ini biasa disebut sebagai kelompok perwakilan atas pembelian rata-rata konsumen. Bagi kamu yang penasaran dengan apa pengertian dari Consumer Price Index CPI, Gramedia akan membahas secara mendalam untuk Grameds. Tidak hanya pengertian saja, artikel ini juga akan membahas tentang bagaimana cara pengukurnya hingga penggunaanya dalam kehidupan nyata. Yuk simak ulasan selengkapnya di bawah ini! Pengertian Consumer Price Index CPITipe-Tipe Consumer Price Index CPI1. CPI-U consumer price index for all urban consumers2. CPI-W consumer price index for urban wage earners and clerical workersCara Mengukur Consumer Price Index CPIKategori Barang dan Jasa yang Bisa Diukur Consumer Price Index CPIJenis Data Inflasi1. Inflasi utama2. Inflasi intiPentingnya Consumer Price Index CPIDampak Penerbitan Consumer Price Index CPI di PasarPenutupKategori SosiologiMateri Bisnis Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Consumer Price Index atau yang biasa disingkat CPI merupakan sebuah alat ukur untuk menilai pengubahan rata-rata terkait suatu harga barang dan jasa yang dinilai sangat penting. CPI sendiri dapat diukur atau dihitung dengan cara melakukan pemantauan pengubahan harga pada setiap barang. CPI pada umumnya akan diterbitkan setiap bulan setelah adanya penilaian. Hal ini menjadikan data yang diterbitkan pada bulan ini adalah hasil dari penilaian CPI pada bulan sebelumnya. Data tersebut kemudian akan diproses untuk melakukan pengukuran tingkat inflasi yang terjadi setiap tahun. Meskipun begitu, hasil data CPI biasanya akan diterbitkan tiap bulan. Namun, ada juga beberapa negara yang lebih memilih untuk menyimpan data tersebut dan mempublikasikannya ke masyarakat setiap tiga bulan sekali. Beberapa negara tersebut di antaranya yaitu, Australia dan Selandia Baru. Terjadinya nilai inflasi pada suatu negara bisa dengan mudah memberikan pengubahan terhadap kebijakan fiskal yang berlaku pada suatu negara. Selain menggunakan CPI, ada beberapa indikator ekonomi lain yang digunakan untuk menilai tingkat signifikansi dari inflasi, mulai dari indeks konsumsi individu, harga produsen, harga impor barang, indeks biaya buruh, sampai biaya unit buruh. Misalnya saja, negara besar seperti di Amerika Serikat menggunakan alat ukur tambahan untuk melakukan penghitungan tingkat inflasi. Alat ukur tambahan yang digunakan tersebut yaitu Personal Consumption Expenditures PCE atau data Pengeluaran Konsumsi Pribadi. Berbeda dengan Amerika Serikat, bagi negara-negara di Eropa akan lebih cenderung menggunakan Harmonized Index of Consumer Prices HICP atau Indeks Harmonisasi Harga Konsumen dalam melakukan penilaian terhadap tingkat inflasi di negaranya. Tipe-Tipe Consumer Price Index CPI Ada dua jenis yang biasa digunakan untuk mengukur CPI, antara lain yaitu kelompok keluarga atau individu perkotaan yang disebut CPI-U consumer price index for all urban consumers dan pekerja kantoran yang disebut CPI-W consumer price index for urban wage earners and clerical workers. Berikut ini adalah penjelasan dua tipe CPI tersebut adalah 1. CPI-U consumer price index for all urban consumers CPI-U adalah suatu indeks harga konsumen untuk seluruh kelompok keluarga atau individu perkotaan yang biasa disebut urban. Indeks ini menjadi terbesar karena mewakili 88% dari populasi Amerika Serikat dengan representasi yang lebih baik dari masyarakat umum. Biro Statistik Tenaga Kerja Amerika Serikat telah melakukan perbaikan pada pengukuran CPI pada tahun 1978 dengan memperkenalkan populasi target yang lebih luas. Jenis CPI ini sendiri berdasarkan pada pengeluaran yang sebagian besar dari seluruh penduduk yang menetap di daerah kota atau metropolitan. Selain itu, CPI-U juga mencakup beberapa profesi, seperti tenaga profesional, wiraswasta, hingga mereka yang menganggur dan pensiunan sekalipun. 2. CPI-W consumer price index for urban wage earners and clerical workers CPI-W bisa dipahami sebagai indeks harga konsumen untuk penerima upah perkotaan dan pekerja klerikal. Pengukuran CPI berdasarkan kelompok pekerja kantoran ini mulai menjadi fokus Biro Statistik Tenaga Kerja Amerika Serikat pada sekitar tahun 1913 hingga 1977. Pengukuran CPI-W ini sendiri berdasarkan rumah tangga yang memiliki pendapatan lebih dari setengah dari pekerjaan administrasi. Selain itu, CPI-W juga melingkupi kelompok yang salah satu penerima telah dipekerjakan selama kurang lebih 37 minggu selama 12 bulan. CPI-W menjadi cerminan perubahan biaya manfaat yang dibayarkan kepada pengguna Jaminan Sosial. Pengukuran CPI setidaknya menyumbang 28% dari populasi negara tersebut. Cara Mengukur Consumer Price Index CPI Consumer Price Index CPI pada dasarnya merupakan suatu pengubahan harga rata-rata di kalangan konsumen pada beberapa jenis produk barang dan jasa tertentu. Di negara Amerika Serikat sendiri, metode yang digunakan untuk melakukan pengukuran CPI terbagi menjadi dua kelompok populasi terbesar, yakni antara kelompok keluarga atau individu perkotaaan yang disebut CPI-U CPI-Urban dengan pekerja kantoran yang disebut dengan CPI-W. Sementara itu, Bureau of Labor Statistics BLS atau Biro Statistik Tenaga Kerja Amerika Serikat menjadi acuan dasar untuk perbandingan dengan menggunakan rata-rata fluktuasi harga selama 36 bulan. Nilai acuan dasar perbandingan yang digunakan sebagai referensi tersebut adalah 100. Kemudian, BLS menggunakan pengukuran dengan rumus yang dibuat dengan acuan bilangan dasar referensi tersebut. Misalnya saja, apabila CPI adalah 110, maka ada peningkatan harga rata-rata sebanyak 10%. Sedangkan, apabila nilai CPI adalah 90, hal itu berarti terjadi penurunan harga rata-rata sebanyak 10%. Hasil dari penilaian itu tidak bisa menjadi acuan data yang detail dan dihimpun secara keseluruhan. Namun, hasil tersebut cukup untuk mengasumsikan bahwa pengubahan tingkat harga telah mewakili dua kelompok populasi besar di Amerika Serikat, yakni kelompok keluarga CPI-U dan pekerja kantoran CPI-W. Kategori Barang dan Jasa yang Bisa Diukur Consumer Price Index CPI Dalam Consumer Price Index CPI, setidaknya ada delapan kategori barang dan jasa yang bisa diukur atau dinilai. Beberapa kategori barang atau jasa antara lain yaitu bahan pokok bangunan perumahan atau tempat tinggal, makanan dan minuman, transportasi, kesehatan, pakaian, hiburan dan rekreasi, pendidikan dan komunikasi, dan berbagai barang dan jasa lainya. Jenis Data Inflasi Berdasarkan penilaian Consumer Price Index CPI, terdapat dua data inflasi yang ditemukan, antara lain sebagai berikut 1. Inflasi utama Consumer Price Index CPI akan memasukkan berbagai informasi terkait perubahan yang terjadi secara menyeluruh, mulai dari harga energi hingga harga fluktuatif. 2. Inflasi inti Consumer Price Index CPI juga akan mengolah berbagai informasi tanpa harga energi dan makanan yang bersifat fluktuatif. Namun, CPI hanya menghasilkan gambaran yang jelas terkait perubahan harga pada suatu barang. Selanjutnya, data yang telah dimuat dari inflasi utama tersebut cenderung lebih memiliki sifat fluktuatif. Hal tersebut disebabkan karena inflasi utama melingkupi seluruh informasi dan mampu memperkirakan inflasi inti. Inflasi utama juga disusun supaya dapat menjadi patokan terbaik inflasi. Selain itu, inflasi utama biasanya juga akan ditergetkan oleh bank sentral yang ada di negara setempat. Data inflasi ini sendiri yang dicantumkan dalam CPI akan berpotensi untuk memberikan pengubahan pasar dalam jangka pendek. Bahkan, data inflasi juga bisa berdampak terhadap terciptanya suatu kebijakan moneter tertentu. Oleh karena itu, Bank Sentral sering kali akan diminta untuk mampu menargetkan inflasi yang terjadi. Suatu indikator yang memiliki peran sangat penting dalam pasar uang, yaitu Consumer Price Index. Nilai yang tercantum di dalam CPI sangat penting dikarenakan adanya hubungan antara pertumbuhan tenaga kerja dengan laju inflasi pada suatu negara. Perlu diketahui bahwa angka inflasi tersebut dinilai cukup sensitif karena menjadi penentu harga yang harus dibayar oleh konsumen dalam memperoleh suatu produk barang atau jasa. Apabila harga tersebut berada pada tingkatan yang tinggi atau mahal, maka iklim bisnis akan sangat terpengaruh dalam menaikan beban biaya. Pentingnya Consumer Price Index CPI Data Consumer Price Index CPI dinilai penting karena bisa memperlihatkan seberapa cepat kenaikan yang terjadi terhadap harga suatu barang dan jasa. Pada saat harga naik, maka dapat diartikan inflasi sedang terjadi. Sedangkan, pada saat harga sedang stabil, itu berarti akan terjadi deflasi. Nilai inflasi sendiri akan digunakan oleh bank sentral sebagai pedoman dalam menentukan suatu kebijakan, seperti meningkatkan, menurunkan atau mempertahankan suku bunga harga. Hal ini dilakukan untuk merangsang atau menahan pengeluaran dana oleh para konsumen sehingga pada akhirnya berdampak terhadap tingkat inflasi. Data CPI ini bakal ditutupi dan diawasi oleh beberapa pihak terkait, fluktuasi nilai inflasi yang besar dan berkelanjutan akan berpengaruh untuk bank sentral dalam menentukan kebijakan moneter. Sekarang ini saja, sebagian besar bank sentral akan menargetkan inflasi pada negaranya sendiri. Hal ini berarti terdapat target tingkat inflasi khusus yang harus dicapai oleh bank sentral. Salah satu hal yang dilakukan untuk mendukung target tersebut yakni bank sentral akan memanfaatkan suku bunga dan alat kebijakan moneter agar mengontrol stabilitas harga di pasar. Dampak Penerbitan Consumer Price Index CPI di Pasar Pada saat data Consumer Price Index CPI diterbitkan akan berpengaruh terhadap banyak bank, salah satunya tentu saja adalah keharusan untuk memotong suku bunga. Tidak sampai di situ, ada beberapa bank yang menjadi negatif sehingga membutuhkan alat lain dalam melakukan penilaian, seperti pelonggaran kuantitatif untuk memberikan rangsangan pada pengeluaran konsumen. Hal tersebut dilakukan untuk bisa memicu terjadinya inflasi yang lebih tinggi. Namun, dampak penerbitan data CPI tidak selalu negatif. Ada beberapa contoh yang bisa menggambarkan dampak positif terkait perilisan data inflasi, di antaranya yaitu Bank of Japan dan Bank Sentral Eropa. Kedua bank tersebut telah berhasil mendorong tingkat inflasi ke target yang sudah dipercayakan. Maka dari itu, pada saat laporan inflasi yang dikeluarkan setiap tiga bulan akan memperlihatkan adanya kenaikan atau penurunan. Hal ini menjadikan pasar dapat lebih cepat berspekulasi terkait kebijakan yang ditetapkan oleh bank sentral. Seorang pebisnis biasanya akan tahu dan paham bahwa pada saat harga tinggi akan menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi. Terlebih lagi, pada saat laba perusahaan mengalami peningkatan, maka harga saham pun akan mengalami peningkatan sehingga akan sangat berpotensi menambah kekayaan nilai aset dari para pemodal. Tidak hanya sampai di situ, perusahaan juga dapat dipastikan akan lebih sehat apabila mengalami jumlah pendapatan yang meningkat. Meskipun begitu, inflasi masih menjadi mimpi yang menyeramkan. Hal ini disebabkan akan berpotensi terjadi sebuah ketidakstabilan yang mampu memantik distorsi dalam suatu perekonomian negara. Kebijakan yang biasanya ditetapkan untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan tidak meningkatkan harga barang, tetapi lebih meningkatkan volume produksi. Di samping itu, kerugian juga menjadi salah satu ancaman yang akan dihadapi perusahaan pada saat terjadi inflasi. Kerugian tersebut akan semakin terlihat apabila para penyalur atau supplier lebih memilih untuk meningkatkan harga bahan pokok. Beberapa beban yang lain bisa jadi akan mengalami peningkatan yakni pada saat para pekerja menuntut adanya kenaikan gaji untuk bisa memenuhi biaya hidup yang semakin meningkat. Penutup Berdasarkan penjelasan di atas, Consumer Price Index CPI dapat disimpulkan sebagai alat yang digunakan untuk mengukur atau menilai perubahan rata-rata atas suatu harga barang dan jasa. Selain itu, perubahan CPI juga bisa digunakan untuk menilai perubahan harga terkait biaya hidup yang ada. Nilai dari CPI sendiri memiliki peranan yang sangat penting karena menjadi salah satu acuan yang paling banyak digunakan untuk menentukan terjadi inflasi dan deflasi. CPI melakukan pengukuran rata-rata terhadap perubahan harga dari waktu ke waktu pada saat konsumen membayar barang dan jasa atau biasa dikenal sebagai inflasi. CPI pada dasar memberikan solusi untuk menilai tingkat harga secara keseluruhan dalam suatu perekonomian. Maka dari itu, pengukuran rata-rata dari harga barang dan jasa yang mendekati pola konsumsi individu menjadi pedoman untuk menghitung CPI. Meskipun begitu, pengukuran variasi harga barang eceran dan barang lain berdasarkan pembayaran yang dilakukan oleh konsumen, CPI tidak termasuk untuk beberapa hal seperti tabungan dan investasi, dan biasanya pengecualian pengeluaran oleh pengunjung asing. CPI bisa dikatakan merupakan indikator ekonomi. Tak heran, apabila alat ini menjadi yang paling banyak digunakan dan efektif mengatasi kebijakan ekonomi pemerintah. CPI sendiri telah banyak menyumbangkan gagasan kepada pemerintah, bisnis, dan warga negara tentang berbagai perubahan harga dalam ekonomi. Selain itu, CPI juga bisa dapat bertindak sebagai panduan untuk membuat keputusan yang tepat tentang ekonomi. Sementara itu, CPI dan komponen penyusun lainnya juga dapat dipakai sebagai deflator untuk indikator ekonomi yang lain, misalnya saja seperti penjualan eceran, pendapatan per jam atau mingguan. Ditambah lagi, CPI bisa dimanfaatkan untuk menilai dolar konsumen sekaligus mengetahui daya belinya. Daya beli dolar biasanya akan mengalami penurunan pada saat tingkat harga keseluruhan mengalami peningkatan dan tentu saja bisa juga sebaliknya. Namun, terlepas dari adanya dampak positif maupun dampak negatif dari inflasi, perlu kamu tahu bahwa inflasi merupakan suatu kondisi perekonomian yang rutin terjadi dalam setiap negara dengan mata uangnya masing-masing. Inflasi tidak selalu menyeramkan, bagi beberapa pihak, inflasi terbukti mampu memberikan keuntungan. Maka dari itu, sebagai pihak yang sangat terpengaruh dengan harga pasar harus memahami penyebab utama inflasi sekaligus cara menghadapinya dengan tepat. Jika kamu ingin mencari buku tentang ekonomi, maka bisa mendapatkannya di Membaca banyak buku dan artikel tidak akan pernah merugikan kalian, karena Grameds akan mendapatkan informasi dan pengetahuan LebihDenganMembaca. Penulis Humam BACA JUGA Penyebab Inflasi Penyebab, Macam, Dampak, dan Peran Bank Sentral Mengenal Apa Itu Resesi Ekonomi, Penyebab, Dampak, dan Solusi Pengertian Ekonomi Makro Tujuan, Ruang Lingkup, Kebijakan, dan Penerapannya di Indonesia Ekonomi Mikro Pengertian, Ruang Lingkup, Teori, Contoh Kebijakannya Kebijakan Moneter Pengertian, Jenis, Tujuan, dan Instrumennya ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah." Custom log Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda Tersedia dalam platform Android dan IOS Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis Laporan statistik lengkap Aplikasi aman, praktis, dan efisien
Segala sesuatu baik yang berupa barang, alat, atau manusia yang dapat digunakan untuk membuat atau menambah nilai guna suatu barang atau jasa disebut faktor produksi. Adapun produksi merupakan kegiatan usaha yang mengombinasikan faktor-faktor produksi guna menghasilkan barang atau jasa. Secara garis besar, faktor-faktor produksi dikelompokkan menjadi dua, yaitu sebagai berikut. Faktor produksi asli, terdiri atas faktor produksi alam dan faktor produksi tenaga kerja. Faktor produksi turunan, terdiri atas faktor produksi modal dan faktor produksi keahlian. Jadi, jawaban yang tepat adalah poin D.
Dari generasi ke generasi, manusia telah memantapkan dirinya di sekitar hal-hal duniawi dan materialistis. Barang-barang mahal yang berasal dari merek ternama tidak hanya menawarkan kualitas terbaik tetapi juga kepuasan bagi pemiliknya. Tak heran jika kemewahan ini jadi alat untuk mendapatkan validasi dan meningkatkan status sosial. Setidaknya, produk high end sudah satu maju langkah lebih dahulu sebelum penggunanya mengeluarkan pernyataan apa pun. Pengamat fesyen, Sonny Muchlison setuju jika fesyen merupakan bahasa tanpa kata. Gaya berpakaian seseorang bisa menjadi alat komunikasi terbaik tanpa memerlukan satu patah kata pun. “Apa yang ditampilkan itu yang tampak, yang bisa diperbincangkan orang lain. Tidak usah banyak bicara ketika kita muncul dengan simbol produk mahal maka dia dengan sendirinya berbicara,” ujar Sonny kepada Baca juga Menyingkap Industri Duplikasi Tas Branded dan Tren Konsumen Indonesia Menurut Sonny, bahasa tanpa kata melalui gaya berpakaian yang turut mendorong menggeloranya tren penggunaan barang mewah. Setiap orang bisa menunjukkan siapa dirinya dengan cara yang mudah hanya lewat penampilan. “Ini cara paling musah supaya penggunanya bisa ditandai oleh orang lain. Justru peran fesyen di sini nyata bahwa kenapa kita memperhatikan penampilan karena dengan sergap bisa dibaca orang lain dan pesan kita langsung sampai. Tidak ada komunikasi yang jauh lebih efektif daripada pakaian," tambahnya. Pada kesempatan lain, sosialita yang juga berprofesi sebaegai dokter, Rininta Christabella pun melontarkan pernyataan senada. Baginya, dua brand kesukaannya yakni Hermes dan Chanel sangat mendukung penampilan sehari-harinya. Sejak berusia 17 tahun, Rininta sudah mewarisi hobi koleksi tas dari ibunya. Koleksi tas branded yang dijajal Rininta tidak semata dilakukan untuk menunjang penampilan. Lebih jauh, Rininta berpikir jika koleksi tas branded merupakan investasi jangka panjang yang menyenangkan. Bagaimana tidak menyenangkan, wanita berusia 33 tahun tersebut bisa menikmati hobinya di samping menjajal bisnis jual beli tas langka yang menggiurkan. Hermes Himalaya, salah satu koleksi termahal Rininta ditaksir mencapai US$ atau setara Rp5,5 miliar. Satu tas seharga properti itu saja bisa menjadi jaminan masa depan bagi Rininta. Wanita asli Surabaya ini tak menampik jika penggunaan barang branded masih dinilai sebagai cerminan strata sosial, khususnya di Asia. Namun, baginya penggunaan barang berkelas itu tak serta merta menentukan harga diri KW Sebagai Alternatif Sayangnya, gemerlap barang mewah ini membuat sebagian orang gelap mata. Tak sedikit yang menghalalkan segala cara untuk tampil trendi. Salah satunya adalah dengan penggunaan barang tiruan atau yang bisa disebut dengan produk KW. Tak jelas kapan pastinya fenomena ini merebak. Namun, tak semut bila tak ada gula. Hingga kini, produk KW masih terus diincar oleh pasar penggunanya. Konsep klasik di mana penawaran akan tetap datang karena adanya permintaan. Laporan dari organisasi ekonomi OECD menyebut jika tren penjualan produk KW dan bajakan mewakili sekitar 3,3 persen dari semua perdagangan internasional. Ini menandakan pasar penggunanya tak segan dalam menggunakan produk palsu. Sonny berpendapat, masih banyak yang abai dengan penggunaan produk KW. Lagian, tak semua orang sibuk mendeteksi keaslian produk high end. “Ketidakpedulian ini membuat mereka berani saja menggunakan produk KW di tengah acara misalnya. Belum lagi produk KW sekelebat memiliki rupa yang sama produk asli,” jelas Sonny. Penggunaan produk palsu tampak sebagai perbuatan membohongi publik. Namun bagi Rininta, menggunakan barang KW justru membohongi diri sendiri. Sedih. Kata Rininta tentang sebagian orang yang memilih menggunakan produk KW demi validasi semata. Karena bagi Rininta, ini berkaitan dengan nilai-nilai dari dalam diri sendiri. Jika menilik lebih dalam, fenomena ini bisa dipandang juga dari sisi psikologi manusia. Psikolog Klinis A. Kasandra Putranto mengatakan, fenomena ini terdorong dari faktor tekanan sosial. Individu merasa dibebankan untuk memenuhi standar konsumsi yang ditetapkan kelompok agar mereka diterima atau diakui. Menurut Kasandra, ada sebuah tren di mana pembelian barang branded bisa menjadi simbol status sosial tinggi yang akan menandai keamanan finansial dan pencapaian mereka. Namun, pembelian barang branded tak melulu dibutuhkan untuk mengejar validasi. Bentuk penghargaan diri juga bisa mendorong seseorang membeli produk berharga fantastis tersebut. Citra berbagai produk high end akan mempengaruhi preferensi individu dalam membangun citranya. Karakter Samantha Jones Kim Cattrall memamerkan tas Fendi palsu. Sumber foto HBO Di sisi lain, menggeliatnya industri produk high end tiruan mendapatkan tempatnya sendiri sesuai dengan kebutuhan pasarnya. Tekanan sosial mempengaruhi keinginan untuk divalidasi ini mengekor dengan kebutuhan penyesuaian diri terhadap tren. “Membeli barang KW dapat menjadi upaya untuk menyesuaikan diri dengan tren dan gaya hidup kelompok sosial tertentu. Dan untuk beberapa orang mungkin merasakan tekanan untuk terlihat lebih fashionable atau tren terkini namun mereka mungkin tidak memiliki sumber daya finansial yang cukup untuk membeli produk asli,” ujar Kasandra. Maka produk KW dipilih sebagai alternatif yang lebih terjangkau agar tetap bisa tampil modis dan berkelas. Belum lagi, luasnya media sosial saat ini ikut mendorong pengaruh tekanan sosial bertambah besar. Individu akan membandingkan dirinya dengan norma kecantikan dan penampilan yang dipromosikan secara tersirat di media sosial. Lagi-lagi, ini berkaitan dengan kepuasan dari validasi sosial yang memuaskan hasrat pelakunya. Terlepas dari itu semua, perlu disadari jika produk high end merupakan kebutuhan tersier. Sehingga diperlukan kebijakan dari setiap orang untuk mengontrol dorongan berbelanja agar tidak menjadi impulsif. Meski kerap disebut sebagai sosialita, Rininta pun tetap memperhatikan batas pengeluaran dan penghasilan yang didapat. Baginya, itu merupakan syarat utama memiliki hobi koleksi barang mewah, yakni penghasilan harus lebih besar dari pengeluaran. Bisa dikatakan, hal itu menjadi titik sadar tentang taraf ekonomi dan finansial yang sedang disandang saat ini. Perlu dipisahkan pula antara produk branded yang akan diputar ulang untuk investasi dan kesenangan pribadi. "Pakai branded itu harus pintar, mana yang untuk investasi dan mana yang untuk kesenangan sendiri,” tegas Rininta. Dari sisi psikologi, dorongan impulsif bisa ditekan dengan membentuk kesadaran diri. Salah satu caranya adalah memberikan jeda waktu untuk berpikir ulang sebelum membeli produk tersier. Kasandra menuturkan, berikan diri jendela waktu untuk berpikir secara lebih rasional. Tentukan batasan waktu, misalnya 24 jam atau beberapa hari sebelum benar-benar melakukan pembelian. Memahami dorongan impulsif juga memberi kesempatan setiap individu untuk berpikir dua kali tentang kondisi finansial, status sosial, dan taraf ekonomi yang sedang disandang. Hasilnya, orang-orang mampu berkaca dengan kemampuan dan prioritas kebutuhannya saat ini. Seperti kata Rininta, memaksakan diri membeli produk mahal diluar prioritas sama halnya dengan menipu dan membohongi diri sendiri. Pilihan tetap berada di tangan setiap individu. Memaksa diri demi validasi, atau menjaga prioritas sesuai kelas? Baca artikel lainnya di Google News Editor Nirmala Aninda
alat ukur untuk mendapatkan suatu barang dan jasa disebut